Bermodal Mesin Pinjaman Menembus
Pasar Jalan Lintas Bagansiapiapi – Ujung Tanjung. Tidak mudah menemukan rumah
Pak Supomo yang berprofesi sebagai perajin susu kedelai ini. Dari pasar tanah
merah Kec.Rimba Melintang kami masuk kesebuah jalan lebar yang belum diaspal.
Dari jalan tersebut kami berhenti untuk berjalan kaki memasuki sebuah jalan
kecil yang sudah disemenisasi.
Syukurnya perjalanan kami dipandu oleh Pak Kahfi yang berprofesi sebagai PPL Pertanian sekaligus sebagai Ketua KTNA, tanpa kesulitan kami menemukan rumah tersebut setelah memasuki jalan kecil. Rumah sederhana berukuran 4 X 6 M itu tampak bersahaja. Dinding rumah terbuat dari kayu, atap menggunakan seng biasa, sedangkan lantai rumah sudah disemen. Walaupun sederhana halaman disekitar rumah tersebut kelihatan bersih dan asri , bekas daun-daun yang ada dihalaman tampak tertumpuk rapi sehabis di sapu.
Syukurnya perjalanan kami dipandu oleh Pak Kahfi yang berprofesi sebagai PPL Pertanian sekaligus sebagai Ketua KTNA, tanpa kesulitan kami menemukan rumah tersebut setelah memasuki jalan kecil. Rumah sederhana berukuran 4 X 6 M itu tampak bersahaja. Dinding rumah terbuat dari kayu, atap menggunakan seng biasa, sedangkan lantai rumah sudah disemen. Walaupun sederhana halaman disekitar rumah tersebut kelihatan bersih dan asri , bekas daun-daun yang ada dihalaman tampak tertumpuk rapi sehabis di sapu.
Dengan ramah dan penuh antusias Pak Supomo menceritakan
perjalanan usahanya menekuni pembuatan susu kedele. Usahanya yang dimulai sejak beberapa tahun
yang lalu ternyata mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tiap hari tidak
kurang dari 3 (tiga) kg kacang kedele diolah menjadi air susu kedele. Dari tiap
kilo kacang kedele dapat dihasilkan 15 liter susu kedele. Dengan kemasan botol
ukuran 230 mililiter berarti dapat dihasilkan 65 botol. Perbotolnya dijual
secara eceran dengan harga Rp.1000. Berarti ada tambahan pendapatan sekitar Rp.
65.000 per kg kacang kedele yang diolah. Dikurangi biaya pembelian kacang
kedele (impor) Rp.6.000 per kg, biaya lain-lain Rp.25.000 (asumsi) ada sisa
keuntungan sebesar Rp. 34.000 (Rp.65.000-(Rp.25.000+Rp.6.000). Biasanya tiap
hari Pak Supomo minimal mengolah 3 kg kacang kedele, berarti tiap hari ada tambahan
sekitar Rp.102.000 (Rp.34.000 X 3).
Daerah pemasaran susu kedelai ini di
sekitar jalan lintas Bagansiapiapi – Ujung Tanjung. Biasanya pembeli langsung
datang ke rumah untuk membeli produk ini, namun ada juga yang diantar langsung
oleh Pak Supomo ke toko-toko yang memesan.
Dengan
pendapatan yang didapat saat ini Beliau mengaku cukup puas, namun ada beberapa
kendala yang dihadapi oleh Pak Supomo untuk mengembangkan usahanya.
Pertama, adalah mesin penggiling kacang
kedele. Sampai saat ini mesin yang dipakai oleh beliau adalah mesin pinjaman
dari temannya. Memang mesin tersebut dipinjamkan secara cuma-cuma, namun kalau
di suatu hari nanti mesin itu diambil maka dikhawatirkan akan menghambat pekerjaannya
sehari-hari. Pak Supomo berharap suatu hari nanti bisa memiliki mesin itu,
karena sekarang, dari hasil yang diperoleh dari penjualan hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari.
Kedua, masalah kemasan. Kemasan yang
dipakai saat ini memakai kemasan botol kaca ukuran 230 ml, kendalanya adalah
banyak dari botol-botol yang terjual tidak kembali lagi. Ini tentu saja akan menambah
biaya kemasan jika harus membeli lagi botol-botol tersebut. Kedepannya ia
berharap dapat membuat kemasan dari bahan plastik yang berbentuk gelas.
Keuntungannya adalah kemasan ini hanya sekali pakai sehingga tidak perlu kuatir
lagi dengan masalah ketersediaan kemasan (botol).

Keempat,
bahan baku. Selama ini untuk bahan baku Pak
Supomo mengandalkan kacang kedele impor,memang harganya lebih mahal 2 X lipat
dari produk lokal yang hanya Rp.3000/kg, namun kualitasnya memang bisa
dihandalkan. Selain ukurannya lebih besar, kandungan saripatinya pun lebih
banyak dari yang biasa. Menurut pengalaman Pak Supomo, hasil olahan dari kacang
kedelai impor airnya tidak kotor dan tidak merubah warna putih secara
keseluruhan, beda dengan yang lokal dimana hasilnya bisa berpengaruh kepada
susu kedelai yang dihasilkan. Sebenarnya ada produk lokal yang bisa bersaing
dengan produk impor,nama variannya “Anjasmoro”,akan tetapi untuk wilayah Rokan
Hilir belum ada yang mengembangkan varietas tersebut. Padahal, kata Pak Supomo jika
ada yang mengembangkan mungkin harganya bisa lebih murah daripada kacang
kedelai impor.
Dengan banyaknya kesulitan yang ada tidak menyurutkan langkah
Pak Supomo . Ia yakin usaha pembuatan susu kedele nya akan terus berkembang
suatu saat nanti. Selain harganya yang terjangkau oleh masyarakat
(Rp.1000/botol), tingginya nilai gizi yang terkandung dibandingkan minuman lain
serta rasanya yang enak, Pak Supomo yakin usaha ini akan terus hidup dan
berkembang seiring berjalannya waktu. Jadi jika anda mampir ke daerah Karya
Mukti jangan lupa menyempatkan untuk berkunjung ke tempat Pak Supomo dan
nikmati hasil industri kecil dan menengah hasil olahan penduduk tempatan.
Be. M. Syah
Padri, ST